Just another free Blogger Template by www.freebloggertemplate.info

Pages

IODOMETRI

Penentuan Kadar Tembaga Dalam Air Minum Secara Iodometri



Undang-undang:
 PERMENKES RI  No. 416/MENKES/PER/1990 tentang persyaratan air minum, persyaratan air bersih, air kolam renang dan air pemandian.
Tembaga (cuprum)
Dalam jumlah sedikit dibutuhkan untuk pembentukan sel-sel darah merah ,dan dalam jumlah besar menyebabkan rasa yang tidak enak pada lidah dan dapat menyebabkan kerusakan hati. Baku mutu untuk tembaga dalam kualitas air minum adalah 1,0 mg/l.



TEMBAGA (II )SULFAT(FI III,731)
Nama resmi : TEMBAGA II SULFAT (Ar: 63,54)
Nama lain : Kupri sulfat
RM : CUSO4.5H2O
Pemerian : Prisma tri klinik,serbuk hablur,biru
Kelarutan : Larut dalam 3 bagian air dan 3 bagian gliserol, sangat sukar larut dalam etanol.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : Sebagai sampel

IODOMETRI
Adalah analisa titrimetrik yang secara tidak langsung untuk zat yang bersifat oksidator seperti besi III, tembaga II, dimana zat ini akan mengoksidasi iodida yang ditambahkan membentuk iodin. Iodin yang terbentuk akan ditentukn dengan menggunakan larutan baku tiosulfat . Dari pengertian diatas maka titrasi iodometri adalah dapat dikategorikan sebagai titrasi kembali.
Reaksi yang terjadi pada titrasi iodometri untuk penentuan iodat adalah sebagai berikut:

IO3-  + 5 I-  + 6H+  -> 3I2  + H2O
I2 + 2 S2O32-  -> 2I- + S4O62-
Tujuan :untuk menentukan kadar tembaga dalam kristal CuSO4.5 H2O


Larutan yang digunakan:
Natrium Tiosulfat (FI III,428)
Nama resmi : NATRI THIOSULFAS
Nama lain : Natrium tiosulfat/hipo
RM : Na2S2O3 .5H2O
BM : 248,17
Pemerian : Hablur besar tidak berwarna /serbuk hablur kasar. Dalam lembab meleleh basah, dalam hampa udara merapuh.
Kelarutan : larut dalam 0,5 bagian air,praktis tidak larut dalam etanol
Kegunaan : Sebagai penitrasi
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.



Prosedur
 Timbang dengan cermat kira-kira 0,4 g garam tembaga, masukkan kedalam piala 250 cm3 dan larukan dalam 50cm3 air. Tambahkan beberapa tetes HCl 2n lalu tambah sedikit berlebig H2SO4 jenuh yang baru saja disiapkan kira-kira 20-30 cm3. Pilihan lain tambahkan 25 cm2 larutan ammonium hidrogensulfit: yang terakhir ini disiapkan dengan mengencerkan sampai 10x volume semula, suatu larutan pekat komersial, yang mempunyai bobot jenis 1,33 dan mengandung kira-kira 54% belerang dioksida. Encerkan cairan yang dingin sampai menjadi 150-250cm3, panaskan sampai hampir mendidih dan tambahkan dari buret larutan ammonium thiosianat 10% yang baru saja disiapkan dengan perlahan-lahan dan sambil di  aduk terus, sampai terdapat sedikit kelebihan. Endapan tembaga (I) tiosianat itu harus putih, cairan induknya harus tak berwarna dan harus berbau belerang dioksida. Diamkan selama 2 jam, tetapi sebaiknya semalaman. Saring melalui sebuah krus saring yang telah di timbang. Cuci endapan 10-15x dengan suatu larutan dingin yang disiapkan dengan menambahkan kepada setiap 100cm3 air, 1cm3 larutan ammonium thiosianat 10% dan 5-6 tetes larutan asam sulfit jenuh, dan akhirnya beberapa kali dengan etanol 20% untuk menghilangkan ammonium tiosianat (II). Keringkan endapan sampai bobot konstan pada 110-120%oC (III). Timbang sebagai CuSCN. 

1. Pembakuan Larutan Na2S2O3 dengan Larutan Baku KIO3

Percobaan ini menggunakan metode titrasi iodometri yaitu titrasi tidak langsung dimana mula-mula iodium direaksikan dengan iodida berlebih, kemudian iodium yang terjadi dititrasi dengan natrium thiosulfat. Larutan baku yang digunakan untuk standarisasi thiosulfat sendiri adalah KIO3 dan terjadi reaksi:


Oksidator + KI I2
I2 + 2Na2S2O3 2NaI + Na2S4O6


Natrium tiosulfat dapat dengan mudah diperoleh dalam keadaan kemurnian yang tinggi, namun selalu ada saja sedikit ketidakpastian dari kandungan air yang tepat, karena sifat flouresen atau melapuk-lekang dari garam itu dan karena alasan-alasan lainnya. Karena itu, zat ini tidak memenuhi syarat untuk dijadikan sebagai larutan baku standar primer. Natrium tiosulfat merupakan suatu zat pereduksi, dengan persamaan reaksi sebagai berikut :


2S2O32- S4O62- + 2e-


Pembakuan larutan natrium tiosulfat dapat dapat dilakukan dengan menggunakan kalium iodat, kalium kromat, tembaga dan iod sebagai larutan standar primer, atau dengan kalium permanganat atau serium (IV) sulfat sebagai larutan standar sekundernya. Namun pada percobaan ini senyawa yang digunakan dalam proses pembakuan natrium tiosulfat adalah kalium iodat standar.
Larutan thiosulfat sebelum digunakan sebagai larutan standar dalam proses iodometri ini harus distandarkan terlebih dahulu oleh kalium iodat yang merupakan standar primer. Larutan kalium iodat ini ditambahkan dengan asam sulfat pekat, warna larutan menjadi bening. Dan setelah ditambahkan dengan kalium iodida, larutan berubah menjadi coklat kehitaman. Fungsi penambahan asam sulfat pekat dalam larutan tersebut adalah memberikan suasana asam, sebab larutan yang terdiri dari kalium iodat dan klium iodida berada dalam kondisi netral atau memiliki keasaman rendah. Reaksinya adalah sebagai berikut :


IO3- + 5I- + 6H+ → 3I2 + 3H2O


Indikator yang digunakan dalam proses standarisasi ini adalah indikator amilum 1%. Penambahan amilum yang dilakukan saat mendekati titik akhir titrasi dimaksudkan agar amilum tidak membungkus iod karena akan menyebabkan amilum sukar dititrasi untuk kembali ke senyawa semula. Proses titrasi harus dilakukan sesegera mungkin, hal ini disebabkan sifat I2 yang mudah menuap. Pada titik akhir titrasi iod yang terikat juga hilang bereaksi dengan titran sehingga warna biru mendadak hilang dan perubahannya sangat jelas. Penggunaan indikator ini untuk memperjelas perubahan warna larutan yang terjadi pada saat titik akhir titrasi. Sensitivitas warnanya tergantung pada pelarut yang digunakan. Kompleks iodium-amilum memiliki kelarutan yang kecil dalam air, sehingga umumnya ditambahkan pada titik akhir titrasi. Jika larutan iodium dalam KI pada suasana netral dititrasi dengan natrium thiosulfat, maka :


I3- + 2S2O32- 3I- + S4O62-
S2O32- + I3- S2O3I- + 2I-
2S2O3I- + I- S4O62- + I3-
S2O3I- + S2O32- S4O62- + I-


Dari hasil perhitungan diketahui besarnya konsentrasi natrium thiosulfat yang digunakan sebagai larutan baku standar sebesar 6,25 N


2. Penentuan Kadar Cu2+ dengan Larutan Baku Na2S2O3

Pada penentuan kadar Cu dengan larutan baku Na2S2O3 akan terjadi beberapa perubahan warna larutan sebelum titik akhir titrasi. Tembaga murni dapat digunakan sebagai standar primer untuk natrium thiosulfat dan direkomendasikan jika thiosulfat harus digunakan untuk menetapkan tembaga. Potensial standar pasangan Cu(II) – Cu(I) adalah +0,15 V dan karena itu iod merupakan pengoksidasi yang lebih baik dari pada ion Cu(II). Tetapi bila ion iodida ditambahkan ke dalam larutan Cu(II) akan terbentuk endapan Cu(I).
2Cu2+ + 4I- 2CuI(s) + I2
Penentuan kadar Cu2+ dalam larutan dengan bantuan larutan natrium tiosulfat yang dilakukan mengencerkan 5 mL sampel garam hingga 100 mL dan mengambil 10 mL hasil pengenceran tersebut untuk ditambahkan dengan larutan KI 10% dan menitrasi dengan larutan baku natrium tiosulfat hingga larutan yang semula berwarna coklat tua menjadi larutan yang berwarna kuning muda. Kemudian larutan tersebut ditambahkan dengan 4 mL larutan amilum 1 % menghasilkan larutan yang semula berwarna kuning muda menjadi biru tua, Penambahan indikator amilum 1% ini dimaksudkan agar memperjelas perubahan warna yang terjadi pada larutan tersebut. kemudian larutan tersebut dititrasi kembali dengan larutan natrium tiosulfat hingga warna biru pada larutan tepat hilang. Untuk lebih memperjelas terjadinya reaksi tersebut, ke dalam larutan ditambahkan amilum. Bertemunya I2 dengan amilum ini akan menyebabakan larutan berwarna biru kehitaman. Selanjutnya titrasi dilanjutkan kembali hingga warna biru hilang dan menjadi putih keruh.
I2 + amilum I2-amilum
I2-amilum + 2S2O32- 2I- + amilum + S4O6-
Hal yang perlu diperhatikan setelah penambahan amilum adalah adanya sifat adsorpsi pada permukaan endapan tembaga(I) iodida. Sifat ini menyebabkan terjadinya penyerapan iodium dan apabila iodium ini dihilangkan dengan cara titrasi, maka titik akhir titrasi akan tercapai terlalu cepat. Oleh karena itu, sebelum titik akhir titrasi tercapai, yaitu pada saat warna larutan yang dititrasi dengan Na2S2O3 akan berubah dari biru menjadi bening, dilakukan penambahan kalium tiosianat KCNS.
Penambahan KCNS menyebabkan larutan kembali berwarna biru. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
2Cu2+ + 2I- + 2SCN- → 2CuSCN ↓ + I2
Endapan tembaga(I) tiosianat yang terbentuk mempunyai kelarutan yang lebih rendah daripada tembaga(I) iodida sehingga dapat memaksa reaksi berjalan sempurna. Selain itu, tembaga(I) tiosianat mungkin terbentuk pada permukaan tembaga(I) iodida yang telah mengendap. Reaksinya sebagai berikut:
CuI¬ ↓ + SCN- → CuSCN ↓ + I-
Penambahan larutan KCNS ini bertujuan sebagai larutan yang mengembalikan reaksi penambahan indikator amilum dalam larutan sehingga larutan menjadi kembali biru.

Reaksi yang berlangsung adalah
2Cu2+ + 4 I- 2CuI + I2
2S2O32- + I2 S4O62-+ 2I-
dari hasil pengamatan dan perhitungan, didapatkan jumlah volume titrasi larutan natrium tiosulfat yang dibutuhkan untuk merubah larutan dari warna coklat tua menjadi kuning muda setelah penambahan amilum maka larutan menjadi bening dan setelah penambahan KCNS maka larutan menjadi jernih kembali. Dari hasil perhitungan diperoleh massa tembaga pada larutan sampel sebesar 0,4321 gram dan kadar tembaga (%Cu2+) dalam larutan sample tersebut adalah sebesar 43,2.



Daftar pustaka:
Basset. J etc. 1994. Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia Press. Jakarta.
Rivai, Harrizul. 1995. Asas Pemeriksaan Kimia. Penerbit UI. Jakarta.

File:///D:/iodometri%20_%20Kimia%20Analisa.htm
Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.
maria dhyna darmawan

Darah


Darah:

·                   Merupakan CES, sebagai medium pertukaran zat antar sel didalam tubuh dan lingkungan interna
·                     Darah terdiri komponen sel dan cairan
·                     Cairan darah disebut plasma terdiri 91% air dan 9% zat padat
·                     Fungsi plasma sebagai medium transport

KOMPONEN PLASMA DARAH
·                     Protein: albumin, globulin,
·                     Faktor pembekuan: fibrinogen, trombin
·                     Enzim, hormon
·                     Unsur organik: lemak netral, fosfolipid, kolesterol, glukosa
·                     Unsur anorganik: mineral

KOMPONEN SEL DARAH
1.            Eritrosit: transport O2 dan CO2
2.            Leukosit: imunitas (fagositosis)
3.            Trombosit: hemostasis (pembekuan)

HEMATOPOIESIS
·                     Hematopoiesis: proses pembentukan dan pematangan sel darah
·                     Induk sel darah: sel pluripoten
·                     Proeritroblas calon eritosit
·                     Megakarioblast calon trombosit
·                     Monoblas calon monosit
·                     Meiloblas calon lekosit bergranula (neutrofil, basofil, eosinofil)
·                     Limfoblas calon leukosit B dan T
·                     Sel pluripoten proeritroblas normoblas basofilik normoblas polikromatofilik normoblas ortokromatik retikulosit eritrosit
·                     Sel pluripoten megakarioblas promegakariosit megakariosit trombosit
·                     Sel pluripoten promonosit monosit
·                     Sel pluripoten meioblas promeilosit pecah jadi 3 macam sel
·                     Promeilosit meilosit eosinofilik eosinofil
·                     Promeilosit meilosit neutrofilik metameilosit neutrofilik neutrofil batang neutrofil segmen
·                     Promeilosit meilosit basofilik basofil
·                     Sel pluripoten limfoblas prolimfosit pecah jadi 2 macam sel
·                     Prolimfosit bursa ekuivalen limfosit B sel plasma
·                     Prolimfosit timus limfosit T

PEMERIKSAAN DARAH
Hitung sel darah
Eritrosit: 3,6 –5,4 juta /mm3. (polisitemia diatas normal, anemia dibawah normal)
Leukosit: 5.000 – 10.000 /mm3, (lekositosis diatas normal, lekositopenia dibawah normal)
Trombosit: 150.000 – 350.000 /mm3 (trombositosis diatas normal, trombositopenia dibawah normal)

MORFOLOGI SEL DARAH
Anisositosis menyatakan variasi ukuran sel yang abnormal
Poikilositosis variasi bentuk sel yang abnormal
Polikromasia eritrosit yang memiliki distribusi warna yang berbeda
Normokromia warna normal, mencerminkan kadar Hb yang normal dalam eritrosit
Hipokromia warna pucat, anemia

HEMOGLOBIN
Zat warna darah (dalam eritrosit)
Jumlah normal laki-laki : 13,5 – 17,5 g/dl, sedang pada wanita : 12 – 16 g/dl
Jumlah kurang dari normal: anemia
Macam hemoglobin:
  1. HbA: hemoglobin dewasa normal
  2. HbF: hemoglobin fetal
  3. HbS: hemoglobin sel sabit
  4. Hb: hemoglobin Memphis

PEMERIKSAAN DARAH
·                     Hematokrit / volume packed sel: volume darah lengkap yang terdiri dari eritrosit
·                     Normositik: ukuran sel normal
·                     Mikrositik: ukuran sel kecil
·                     Makrositik: ukuran sel besar
·                     Hitung retikulosit: mencerminkan aktifitas sumsum tulang
·                     Retikulosit: eritrosit imatur
·                     Pemeriksaan aspirasi sumsum tulang: untuk memperkirakan dosis kemoterapi dan terapi radiasi pada penderita keganasan hematologik
·                     Analisis sitogenetik perlu untuk diagnosis, pengobatan, respon pengobatan dan potensi remisi (penyembuhan)

ERITROSIT
·                     Bentuk lempeng bikonkaf, tidak berinti, dilapisi membran tipis.
·                     Jumlah normal eritrosit : 3,6 –5,4 juta /mikro liter.
·                     Produksi eritrosit dirangsang oleh hormon glikoprotein, eritropoitin (dibuat ginjal)
·                     Umur eritrosit kira-kira 120 hari

GANGGUAN ERITROSIT
·                     Anemia: jumlah kurang dari normal
·                     Polisitemia: jumlah eritrosit yang terlalu banyak
·                     Anemia bukan diagnosa, tetapi cerminan perubahan patofisiologik
·                     Gejala anemia: pucat, tachikardi, bising jantung, angina, iskemia miokard, dispnea, kelelahan

MACAM ANEMIA (KLASIFIKASI MORFOLOGIK)
·                     Anemia normokromik normositik warna normal (Hb), bentuk normal
·                     Causa: kehilangan darah akut, hemolisis, penyakit kronis (infeksi, gangguan endokrin, gangguan ginjal, kegagalan sumsum tulang, metastase pd sumsum tulang)
·                     Anemia normokromik makrositik warna normal (Hb), bentuk besar
·                     Penyebab : defisiensi vit B12, asam folat, kemoterapi kanker
·                     Anemia hipokromik mikrositik: warna kurang (Hb), bentuk kecil
·                     Causa: defisiensi besi, sideroblastik (siderosit: eritosit muda pada sumsum tulang), kehilangan darah banyak, thalasemia (gangguan sintesa globin)
·                     Peningkatan hilangnya eritrosit
1.            Perdarahan trauma, ulkus, polip, keganasan, hemoroid, menstruasi
2.            Penghancuran eritrosit (hemolisis) anemia sel sabit, thalasemia (gangguan sintesis globin), sferositosis (gangguan membran eritrosit), defisiensi enzim (G6PD, piruvatkinase), transfusi, malaria, hipersplenisme, luka bakar, katup jantung buatan
·                     Gangguan produksi eritrosit (diseritropoiesis)
1.            Keganasan: metatastik, leukemia, limfoma, meiloma multiple, reaksi obat, zat kimia toksik, radiasi
2.            Penyakit kronis: ginjal, hati, infeksi, defisiensi endokrin, defisiensi vit B12, asam folat, vit C, besi

ANEMIA APLASTIK
·                     Anemia aplastik gangguan pada sel induk di sumsum tulang, produksi sel-nya tidak mencukupi
·                     Mengancam jiwa
·                     Causa: kongenital, idiopatik, virus
·                     Pansitopenia
·                     Eritrosit normokromik normositik

Gejala:
·                     Anemia: lelah, lemah, nafas pendek
·                     Trombositopenia: ekimosis dan petekie (perdarahan dibawah kulit), epistaksis (mimisan), perdarahan saluran cerna, kemih dan kelamin, sistem saraf
·                     Lekopenia: kerentanan dan keparahan infeksi (bakteri, virus dan jamur)
Pengobatan:
·                     Transplantasi sumsum tulang

ANEMIA DEFISIENSI BESI
·                     Morfologis: mikrositik hipokromik
·                     Causa: menstruasi, hamil, asupan besi kurang, vegetarian, gangguan absorbsi (gastrektomi), perdarahan (polip, neoplasma, gastritis, varises esofagus, hemoroid)
·                     Gejala: anemi, rambut halus dan rapuh, kuku tipis, rata, mudah patah dan berbentuk seperti sendok (koilonikia), atropi papila lidah, stomatitis
·                     Pengobatan: asupan besi, menghilangkan causa

ANEMIA MEGALOBLASTIK
·                     Morfologis: makrositik normokromik
·                     Causa: defisiensi vitamin B12, asam folat, malnutrisi, malabsorbsi, infeksi parasit (cacing), penyakit usus, keganasan
·                     Sumber asam folat: daging, hati, sayuran hijau
·                     Gejala: anemia, glositis (lidah meradang dan nyeri), diare, anoreksia
·                     Pengobatan: asupan asam folat

ANEMIA SEL SABIT
·                     Causa: hemoglobinopati (kelainan struktur) penyakit genetik autosom resesif
·                     Anemia hemolitik kongenital
·                     Gejala: anemia, infark (penyumbatan),daktilitis (radang tangan, kaki), takikardi, bising, kardiomegali, dekom kordis, stroke, icterus, kolelitiasis
·                     Pengobatan: pencegahan dan simtomatis

POLISITEMIA
·                     Polisitemia kelebihan eritrosit
·                     Polisitemia primer atau vera adalah gangguan meiloproliferatif yaitu sel induk pluripoten abnormal
·                     Polisitemia skunder terjadi jika volume plasma di dalam sirkulasi berkurang (mengalami hemokonsentrasi) tetapi volume total eritrosit didalam sirkulasi normal

Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat.
maria dhyna darmawan